FILSAFAT
ILMU
”DEFINISI
DAN JENIS PENGETAHUAN , SEMBER PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN, KLASIFIKASI DAN
HIERARKI ILMU”
KELOMPOK
4 P.S. 1a
DISUSUN OLEH :
Ade Rini
Ahmad Nur Barkah
Ayu Nurul Hasanah
Chairunnisa
Citra Sholihat
Dewi Kumala Sari
Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.
Hamka
Perbankan Syariah
1.A
T.A 2012/2013
Daftar
isi
Kata
Pengantar ………………………………………………………
A. Definisi Pengetahuan
………………………………………….. 2
Perbedaan pengetahuan dan ilmu
B. Jenis Pengetahuan …………………………………………….. 4
C. Sumber – sumber pengetahuan ……………………………… 5
D. Ukuran Kebenaran …………………………………………… 7
E. Klasifikasi Dan Hierarki
Pengetahuan ……………………….. 9
F. Kesimpulan …………………………………………………….
12
Daftar
Pustaka
Kata
Pengantar
Segala
puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk dapat menyelesaikan
dan menghadirkan makalah kami yang membahas tentang definisi dan jenis
pengetahuan, sumber pengetahuan dan ukuran kebenaran, serta klasifikasi dan
hierarki ilmu. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada
oembimbing umat, Rasulullah Muhammad SAW., untuk sanak keluarganya, para
sahabatnya, dan kita selaku umatnya sampooai akhir zaman.
Suatu
kebahagiaan bagi kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Yang dimana
bertujuan untuk memenuhi criteria nilai dari program studi filsafat di atas
bimbingan pak totong heri. Yang juga dengan selesainya makalah ini, kami
berharap kita semua bisa benar-benar memahami materi yang dibahas dalam studi
ilmu filsafat. Dan juga mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Makalah
ini disusun dengan teratur, sistematis, terarah, dan terpadu. Sehingga mudah
dipahami. Semoga bermanfaat untuk pembaca.
1
A. DEFINISI PENGETAHUAN
Secara etimologi
pengetahuan berasal dari kata dalam Bahasa Inggris Knowledge. Dalam Encyclopedia
of Philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan
yang benar.
Sedangkan secara
Terminologi akan dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut
Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atu hasil pekerjaan
tahu. Pekerjaan tahu tersebut hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan
pandai. Pengetahuan itu adalah milik atau isi pikiran. Dengan demikian
pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
Dalam amus filsafat
dijelaskan bahwa pengetahuan (Knowledge)
adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari
kesadarannya sendiri. Dalam hal ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang
diketahui (objek) didalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang
mengetahui itu menyusuri yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan
aktif.
Dalam Ensiklopedia Indonesia kita dapati
uraian yang lebih luas, menurut Epistemologi setiap pengetahuan manusia itu
adalah hasil dari berkontaknya dua macam besaran yaitu: pertama, benda atua yang diperiksa, diselidiki dan akhirnya
diketahui (objek). Kedua, manusia
yang melakukan pelbagai pemeriksaan dan penyidikan dan akhirnya mengetahui
(mengenal) benda atau hal tadi.
Lebih lanjut lagi dijelaskan
bahwa pengetahuan dalam arti luas berarti kehadiran internasional objek dalm
subjek. Namun dalam arti sempit dan berbeda dengan imajinasi atau pemikiran
belaka, pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan pasti (kebenaran dan
kepastian). Disini subjek sadar akan hubungan objek dengan eksistensi. Pada
umumnya, adalah tepat kalau mengatakan pengetahuan hanya merupakan pengetahuan
sadar. Karena sangat sulit melihat bagaiman persisnya suatu pribadi dapat sadar
akan suatu eksistensi tanpa kehadiran eksisitensi itu dalam dirinya.
Orang pragmatis, terutama John Dewy
tidak membedakan pengetahuan denan kebenaran (antara Knowledge dan Truth). Jadi pengetahuan itu harus benar, kalau
tidak benar adalah kontradiksi.
2
Perbedaan Pengetahuan Dengan Ilmu
Dari jumlah
pengertian yang ada, sering ditemukan kerancauan antara pengertian pengetahuan
dan ilmu. Kedua kata tersebut dianggap memiliki persamaan arti, bahkan ilmu dan
pengetahuan terkadang dirangkum menjadi kata majemuk yang mengandung arti
sendiri. Hal ini sering kita jumpai dalam berbagai karangan yang membicarakan
tentang ilmu pengetahuan. Namun jika kedua kata tersebut berdiri sendiri, akan
tampak perbedaan antara keduanya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmu
disamakan artinya denga pengetahuan, ilmu adalah pengetahuan. Dari asal katanya
kita dapat ketahui bahwa pengetahuan diambil dari kata dalam bahasa Inggris
yaitu Knowledge, sedangkan ilmu
diambil dari kata science dan
peralihan dari kata Arab 'Ilm.
Seiring dengan
difinisi yang telah disebutkan sebelumnya, maka difinisi berikutpun tidak jauh
berbeda. Pengetahuan merepakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala
perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat
berwujud barang-brang fisik, pemahamannya dilakukan dengan cara persepsi baik
lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia
berbenbentuk ideal yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan.
Untuk memperjelas
pemahamann kita perlu juga dibedakan antara pengetahuan yang bersiafat prailmiah dengan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan yang bersifat
prailmiah ialah pengetahuan yang belum memenuhi syarat-syarat ilmiah pada
umumnya. Sebaliknya pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang harus memenuhi
syarat-syarat ilmiah.
Adapun syarat-syarat yang
dimiliki oleh pengetahuan ilmiah adalah harus memiliki objek tertentu (formal
dam material)dan harus bersistem (harus runtut). Disamping itu pengetahuan
ilmiah harus memiliki metode tertentu dengan sifatnya yang umum. Metode itu
meliputi metode deduksi, induksi, dan analisis.
The Liang Gie
mengutip Paul Freedman dari buku The
Principle of sciencitific Research memberi batasan ilmu sebagai berikut:
3
Ilmu adalah suatu
bentuk aktiva manusia yang dengan melakukannya umat manusia memperoleh suatu
pengetahuan dan senantiasa lebih lengkapdan lebih cermat tentang alam dimas
lampau, sekarang dan kemmudian hari, serta suatu kemampuan yang meningkat untuk
menyesuaikan dirinya pada dan mengubah lingkungannya serta mengubah
sifat-sifatnya sendiri.
Ruusan lain dating
dari Carles Siregar yang menyatakan: ilmu adalah proses yang membuat
pengetahuan. Dalam arti umum, ilmu sering dijadikan pembeda, umpamanya untuk
membedakan antara disiplin Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) denga Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS). Sementara itu Jujun S. Suriasumatri dalam buku Ilmu dalam Prespektif menulis
"Ilmu lebih bersifat merupakan kegiatan dari pada sekedar produk yang siap
dikonsumsikan.
Menurut The Liang Gie
dalam bukunya mengatakan bahwa "dari segi maknanya, pengertian ilmu
sepanjang yang terbaca dalam pustaka menunjuk pada sekurang-kurangnya tiga hal,
yakni pengetahuan, aktivitas, dan metode. Dalam hal yang pertama dan ini yang
terumum, ilmu senantiasa berarti pengetahuan. Diantara para filusuf dari
berbagai aliran terdapat pemahaman umum bahawa ilmu adalah suatu kumpulan yang
sistematis dari pengetahuan.
Perbedaan antara ilmu
dan pengartahuan dapat ditelusuri dengan melihat perbedaan cirri-cirinya.
Herbert L. Searles memperlihatkanciri-ciri tersebut sebagai berikut:
"Kalau ilmu berbeda denagn filsafat bedasrkan empiris, maka ilu berbeda
dari pengetahuan biasa karena ciri stematisnya.
Dengan demikian dapat
kita tarik kesimpulan bahwa dalam bahasa, pengetahuan dengan ilmu bersinonim
arti, sedangkan dalam arti material, keduanya mempunyai perbedaan.
B. JENIS PENGETAHUAN
Pertama, pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan
yang dalam filsafat dikatakan dengan common
sens, dan sering diartikan dengan good
sense,
4
karena seseorang memiliki sesuatu
dimana ia menerima secara baik. Semua orang menyebutnya sesuatu itu merah
karena memang itu merah, dan juga benda itu panas kerana memang dirasakan
panas, dan sebagainya.
Kedua, pengetahuan ilmiah, yaitu ilmu sebagai
terjemahan dari science. Dalam
pengertian yang sempit science
diartikan untuk menunjukkan ulmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif
dan objektif.
Ilmu dapat merupakan
suatu metode berpikir secar objektif, tujuannya untuk menggambarkan dan memberi
makana terhadap dunia factual, pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu ,
diperolehnya melalalui observasi, eksperimen, klasifikasi. Analisis ilmu itu
objektif dan menyampingkan unsure pribadi, pemikiran logika diutamakan,netral
dalam artian tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat subjektif, karena
dimulai dari fakta. Ilmu merupakan milik manusia yang komprehensif. Ilmu
merupakan lukisan dari keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai
hal-hal yang dipelajarinya dalam ruang dan waktu sejauh jangkauan logika dan
dapat diamati panca indera manusia.
Ketiga, Pengetahuan Filsafat, yaitu pengetahuan yang diperleh dari
pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih
menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu
hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit dan rigid, filsafat membahas hal
yang lebih luas dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yang
reflektif dan kritis, sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup
menjadi longer kembali.
Keempat, pengetahuan
Agama, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari Tuhan lewat RasulNya. Pengetahuan
agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan
ini mengandung hal-hal yang pokok yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan
Tuhan dan cara berhubungan dengan sesama manusia. Dan yang lebih penting dari
pengetahuan ini disamping informasi tentang Tuhan, juga informasi tentang hari
Akhir.
C. Sumber-Sumber
Pengetahuan
Sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan
agama, adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya
berbentuk norma-norma dan kaidah-kaidah baku yang berlaku di dalam kehidupan
sehari-hari.
5
Di dalam norma dan kaidah itu
terkandung pengetahuan yang kebenarannya boleh jadi tidak dapat dibuktikan
secara rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik untuk diubah begitu saja.
Jadi, harus diikuti dengan tanpa keraguan, dengan percaya secara bulat.
Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap (mapan)
tetapi subjektif.
Sumber kedua yaitu pengetahuan
yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang lain, juga masih diwarnai oleh
kepercayaan. Pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat
dipercayai adalah orangtua, guru, ulama, orang yang dituakan, dan sebagainya.
Apa pun yang mereka katakan benar atau salah, baik atau buruk, dan indah atau
jelek, pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik. Karena,
kebanyakan orang telah mempercayai mereka sebagai orang-orang yang cukup
berpengalaman dan berpengetahuan lebih luas dan benar. Boleh jadi sumber
pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi persoalannya terletak pada sejauh
mana orang-orang itu bisa dipercaya. Lebih dari itu, sejauh mana kesaksian
pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran dan pengalaman yang telah teruji
kebenarannya. Jika kesaksiannya adalah kebohongan, hal ini akan membahayakan
kehidupan manusia dan masyarakat itu sendiri.
Sumber ketiga yaitu pengalaman indriawi. Bagi manusia, pengalaman
indriawi adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan
mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung
dan bisa pula melakukan kegiatan hidup.
Sumber keempat yaitu akal
pikiran. Berbeda dengan panca indera, akal pikiran memiliki sifat lebih rohani.
Karena itu, lingkup kemampuannya melebihi panca indera, yang menembus
batas-batas fisis sampai pada hal-hal yang bersifat metafisis. Kalau panca
indera hanya mampu menangkap hal-hal yang fisis menurut sisi tertentu, yang
satu persatu, dan yang berubah-ubah, maka akal pikiran mampu menangkap hal-hal
yang metafisis, spiritual, abstrak, universal, yang seragam dan yang bersifat
tetap, tetapi tidak berubah-ubah. Oleh sebab itu, akal pikiran senantiasa
bersikap meragukan kebenaran pengetahuan indriawi sebagai pengetahuan semu dan
menyesatkan. Singkatnya, akal pikiran cenderung memberikan pengetahuan yang
lebih umum, objektif dan pasti, serta yang bersifat tetap, tidak berubah-ubah.
Sumber kelima yaitu intuisi.
Sumber ini berupa gerak hati yang paling dalam. Jadi, sangat bersifat
spiritual, melampaui ambang batas ketinggian akal pikiran dan kedalaman
pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan pengalaman batin
yang bersifat langsung.
6
Artinya, tanpa melalui sentuhan indera maupun
olahan akal pikiran. Ketika dengan serta-merta seseorang memutuskan untuk
berbuat atau tidak berbuat dengan tanpa alasan yang jelas, maka ia berada di
dalam pengetahuan yang intuitif. Dengan demikian, pengetahuan intuitif ini
kebenarannya tidak dapat diuji baik menurut ukuran pengalaman indriawi maupun
akal pikiran.
D. UKURAN KEBENARAN
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk
menemukan pengetahuan yang benar.Pada setiap jenis pengetahuan tidak sama
kriteria kebenarannya karena sifat danwatak pengetahuan itu berbeda.
Pengetahuan tentang alam metafisika tentunya tidak sama dengan pengetahuan
tentang alam fisik. Scara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah
untuk mencapai kebenaran, namun masalahnya tidak hanya sampai di situ
saja.Problem kebenaran inilah yang memacu tumbuh dan berkembangnya
espistemologi.
Teori koresponden ini pada umumnya
dianaut oleh para pengikut realisme. Adalah Plato, Asistoteles,Moore, russel,
Ramsey. Dan tersk teori ini dikembangkan oleh Bertrand Russell (1872-1970)
seorang yang bernama k.roders seorang penganut realisme kritis Amerika,
berpendapat, bahwa keadaan benar ini terletak dalam kesusuaian antara”esensi
atau arti yang kitaberikan dengan’ esensi yang terdapat didalam objektif”.
Berawal dengan idealisme, mereka
realisme atau dalam istilah Marxian lebih terkenal dengan materialisme
dialektika itu mempertahankan bahwa kebenaran adalah objektif. Selama kenenaran
mencerminkan dunia wujud secara pbjektif. Kandungan kebenaran sepenuhnya
ditentukan oleh proses objektif yang di cerminkannya. Selanjudnya leni menulis
dari renungan yang hudud menuju ke pemikiran yang obstrak.dalam dunua sains
teori ini sangant penting sekali digunakan mencapai suatu kebenaran yang dapat
diterima oleh semua orang penelitian sangat penting dalam teori korespondensi
karena untuk mengecek kebenaran suatu teori perlu penelitian ulang.
Dalam hipotesis adanya Wahyu Allah, maka dapatlah
dikatakan ada empat sumber pengetahuan manusia yaitu:
7
1.
Empirisme
menyatakan bahwa pengetahuan dapat diperoleh melaui pengalaman dengan jalan
observasi atau dengan pengindraan, artinya yang kita ketahui berasal dari
segala apa yang kita dapatkan kumpulan tersebut belum tentu bersifat konsisten
dan mungkin saja terdapat hal-hal yang sifatnya kontradiktif. Karena satu fakta
dengan kaitannya dengan fakta yang lain belum menjamin terwujudnya suatu sistem
pengetahuan yang sistematis. Melalui alat indra. Ilmu pengetahuan modern
menaruh minat terhadap kenyataan yang bebas dan mendasarkan segala sesuatunya
kepada penyelidikan. Ilmuwan menaruh perhatian pada control observasi dan
eksperimen, tidak semata-mata pada pnca indra secara umum dari pengalaman.
Proses pembentukan kerangka pengetahuan ilmiah berjalan lambat serta melibatkan
jumlah manusia.
2.
Rasionalisme
yaitu pikiran manusia dengan berpendapat bahwa sumber satu-satunya dari
pengetahuan manusia adalah rasio atau akal budaya.
3.
Intuisionisme
yang secara etimologis artinya langsung melihat, dengan pendapat tentang sumber
pengetahuan adalah manusia mempunyai kemampuan khusus untuk mengetahui yang
tidak terikat kepada indra maupun penalaran.
4. Wahyu Allah,
yaitu pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat Nabi yang
diutus-Nya, yang dikodifikasikan melalui kitab-Nya seperti Al-Qur’an, Tauret,
Zabur, dan Injil.
Dari keempat kitab tersebut yang berisikan pengetahuan
mengenai kehidupan seseorang yang terjangkau oleh empiri maupun yang mencakup
permasalahan yang tendensial.
Pengetahuan berdasarkan kepercayaan atau keimanan kepada
Allah sebagai sumber pengetahuan dan kepada para nabi sebagai perantara dan
penerima wahyu Allah tersebut, sehingga melalui berbagai pengkajian dapat
meningkatkan keimanan seseorang. Ilmu pengetahuan yang dimulai dengan
ketidakpercayaan, lalu mulai mengkaji dengan riset, pengalaman dan percobaan
untuk sampai kepada kebenaran yang factual.
8
E. KLASIFIKASI DAN HIERARKI ILMU PENGETAHUAN
Dalam menghadapi
berbagai ilmu pengetahuan, orang akan bertanya tentang jenis ilmu pengetahuan.
Dengan perkataan lain, ilmu pengetahuan, kita golongkan menurut jenis tertentu.
Hal ini merupakan masalah klasifikasi ilmu pengetahuan karena setiap
klasifikasi menuntut suatu dasar. Dengan demikian, kita akan mempersoalkan
dasar itu dahulu.
Adapun Klasifikasi Ilmu
Pengetahuan di bagi menjadi 3 (tiga), antara lain:
1)
Klasifikasi berdasarkan Subjek
2) Klasifikasi
berdasarkan Objek
3)
Klasifikasi berdasarkan membeda-bedakan ilmu pengetahuan alam dan ilmu sejarah.
Klasifikasi berdasarkan Subjek Francis Bacon
(1561-1626) mendasarkan klasifikasi ilmunya pada subjek, yaitu daya manusia
untuk mengetahui sesuatu. Berdasarkan hal
tersebut, ia membeda-bedakan menjadi
beberapa bagian yaitu:
1. Ilmu
pengetahuan ingatan, seperti sejarah, yaitu membicarakan masalah-masalah atau
kejadian yang telah lalu, meskipun dimanfaatkan untuk masa depan.
2. Ilmu
pengetahuan khayal, seperti kesusastraan, yaitu membicarakan kejadian-kejadian
dalam dunia khayal, meskipun berdasar dan untuk keperluan dunia nyata.
3. Ilmu
pengetahuan akal, seperti filsafat, yaitu umumnya, pembahasannya mengandalkan
diri
pada logika dan kemampuan berpikir. Klasifikasi tersebut tidak dapat dibenarkan
apabila pemikiran kita berpangkal pada pandangan bahwa kita tidak akan mungkin
mengenal dengan akal, ingatan, atau daya khayal semata, tetapi dengan seluruh
pribadi kita.
Klasifikasi berdasarkan Objek ;
1.
A.M. Ampere (1775-1836) mendasarkan
klasifikasinya pada objek material. Berdasarkan hal itu, ia membedakan ilmu
pengetahuan kosmologis yang mempersoalkan benda materi dengan ilmu pengetahuan
noologis yang mempersoalkan benda rohaniah.
9
2. Auguste Comte (1798-1836)
mendasarkan klasifikasinya pada objek material pula. Ia membuat deretan ilmu
pengetahuan berdasarkan perbedaan objek material, yaitu:
1.
Ilmupasti/matematika,
2. Ilmu falak/astronomi,
3. Ilmu fisika,
4. Ilmu kimia,
5. Ilmu hayat/biologi, dan
6. Sosiologi.
2. Ilmu falak/astronomi,
3. Ilmu fisika,
4. Ilmu kimia,
5. Ilmu hayat/biologi, dan
6. Sosiologi.
Deretan tersebut
menunjukkan perbedaan objek dari yang paling sederhana sampai dengan yang
paling kompleks. Objek ilmu pasti adalah yang paling bersahaja karena hanya
menyangkut angka yang mengikuti aturan tertentu, pasti. Oleh karena itu,
matematika disebut juga ilmu pasti. Meskipun paling bersahaja, matematika juga
merupakan alat bagi segenap ilmu pengetahuan. Sementara itu, ilmu falak
menambahkan unsur gerak terhadap matematika, misalnya kinematika. Objek ilmu
alam adalah ilmu falak atau matematika ditambah dengan zat dan gaya, sedangkan
objek ilmu kimia merupakan objek ilmu fisika ditambah dengan perubahan zat.
Unsur gejala kehidupan dimasukkan pada objek ilmu hayat. Adapun sosiologi
mempelejari gejala kehidupan manusia berkelompok sebagai makhluk sosial.
Klasifikasi berdasarkan Metode Wilhelm Windelband (1848-1915)
membeda-bedakan ilmu pengetahuan alam dan ilmu sejarah.
Menurut Widelband, kedua jenis ilmu pengetahuan itu tidak berbeda dalam hal
objek karena objeknya satu, ialah kenyataan. Adapun perbedaannya terletak pada
metode. Metode untuk ilmu pengetahuan alam disebut nomotetis, sedangkan metode
ilmu pengetahuan sejarah menggunakan metode ideografis. Nomotetis berhubungan
dengan nomos atau norma yang menunjuk pada
adanya usaha untuk membuat hal umum
atau generalisasi.
10
Para
filosof muslim membedakan ilmu kepada ilmu kepada ilmu yang berguna dan yang
tak berguna. Kategori ilmu yang berguna mereka memasukkan ilmu-ilmu duniawi,
seprti kedokteran, fisika, kimia, biografi, logika, etika, bersama
disiplin-disiplin yang khusus mengenai ilmu kesgamaan. Ilmu sihir, alkemi, dan
numerology (ilmu nujum dengan menggunakan bilangan) dimasukan kedalam golongan
cabang-cabang ilmu yang tidak berguna. Klasifikasi ini memberikan makna
implisit menolak adanya sekularisme, karwawasan Yang Kudus tidak
menghalang-halangiorang untuk menekuni ilmu-ilmu pengetahuan duniawi secara
teoretis dak praksis.
Secara umum ada
tiga basis yang sangat mendasar dalam menyusun secara hilarkies ilmu-ilmu
metodologis, ontologis, dan ethis. Hampir ketiga kriteria ini dipakai dan
diterima oleh para ilmuan muslim sesudahnya membuat klasifikasi ilmu-ilmu.
Al-Farabi membuat klasifikasi ilmu secara filosofis ke dalam beberapa wilayah,
seperti ilmu-ilmu matematis, ilmu alam, metafisika, ilmu politik dan terakhir
yurisprudensi dan teologi dialektis. Beliau memberi perincian ilmu-ilmu
religius (hilaiyah) dalam bentuk kalam dan fiqih langsung mengikuti perincian
ilmu-ilmu filosofis, yakni matematika, ilmu alam, metafisika, dan ilmu politik.
Sedangkan Al-Ghazali secara filosofi membagi ilmu ke dalam ilmu syariyah dan
ilmu akliyah. Oleh AL-Ghazali ilmu yang terakhir ini disebut juga sebagai ilmu
ghair syar’iyyah. Begitu juga Quthb al-Din membedakan jenis ilmu menjadi ulum
hikmy dan ulum ghair hikmy. Ilmu nonfilosofis menurutnya dipandang sinonim
dengan ilmu religious, karena dia menggangap ilmu itu berkembang dalam suatu
peradaban yang memiliki syari’ah (hukum wahyu).
Pemakaian
istilah ghair oleh Al-Ghazali dan Quthb al-Din untuk ilmu intelektual berarti,
bagi keduanya, ilmu syar’iyyah lebih utama dan lebih berperan sebagai basis
(landasan) untuk menamai setiap ilmu lainnya. Dr. Muhammad Al-Bahi membagi ilmu
dari segi sumbernya terbagi menjadi dua, pertama; ilmu yang bersumber dari
Tuhan, kedua; ilmu yang bersumber dari manusia. Al-Jurjani membagi ilmu menjadi
dua jenis, yaitu, pertama, ilmu Qadim dan kedua, ilmu hadis (baru). Ilmu Qadim
adalah Allah yang jelas sangat berbeda dari ilmu Hadis yang dimiliki manusia
sebagai hamba-Nya.
Namun di sini
penulis menganggap perlu mengemukakan klasifikasi Al-Ghazali, karena
AL-Ghazali-lah sebagai peletak dasar filosofis pertama kali teori ilmunasionis
dalam arti pengetahuan yang dating dari Tuhan melalui pencerahan dan
penyinaran. Dan dia berpendapat bahwa pengetahuan intuisi/ma’rifah yang dating
dari Allah langsung kepada seseorang adalah pengetahuan yang paling benar.
Upaya
klasifikasi ataupun pembidangan ilmu-ilmu adalah cirri-ciri dari karateristik
ilmu yang sulit dihindari. Suatu ilmu akan berenti disuatu tempat, tapi akan
berkembang di tempat lain. Dinamika ini terus berjalan seiring perkembangan
ilmu itu sendiri yang terus mengarah pada tataran praktis berupa kemajuan sains
dan teknologi. Begitupun ilmu-ilmu yang berkembang di dunia Islam.
11
Secara umum
ilmu-ilmu yang berkembang dalam sejarah Islam meliputi ilmu Al-quran, ilmu hadis, ilmu tafsir, bahasa
Arab, ilmu kalam atau teologi, fiqih siyasah atau hukum tata Negara, peradilan,
tasawuf, tarekat, akhlak, sejarah politik, dakwah Islam, sains Islam,
pendidikan Islam, peradaban Islam, perbandingan agama, kebudayaan Islam
pembaharuan dan pemurnian dalam Islam, studi wilayah Islam, dan studi-studi
bahasa-bahasa dan sastra-sastra Islam. Ilmu itu kemudian berlanjut berkembang
dan memiliki cabang masing-masing.
Khususnya di
abad kontomporer, upaya integrasi terus dilakukan guna mencapai upaya
islamisasi ilmu. Dan perihal yang perlu diketahui bahwa yang membedakan antar
upaya pengembangan pembidangan ataupun klasifikasi jenis dan bentuk ilmu di
Barat di dunia Islam adalah Islam mengenal visi hierarki keilmuan. Yakni Islam
memandang terdapat hierarki dalam objek yang diketahui dan subjek yang
mengetahui. Adanya pengakuan wawasan Yang Kudus dan kemudian terjabarkan secara
hierarkis ke dalam berbagai keilmuan. Dan masing-masing ilmu memiliki visi
prioritas dan religious.
F.
Kesimpulan
Dalam Ensiklopedia Indonesia kita dapati uraian yang lebih luas,
menurut Epistemologi setiap pengetahuan manusia itu adalah hasil dari
berkontaknya dua macam besaran yaitu: pertama,
benda tua yang diperiksa, diselidiki dan akhirnya diketahui (objek). Kedua, manusia yang melakukan berbagai
pemeriksaan dan penyidikan dan akhirnya mengetahui (mengenal) benda atau hal
tadi. Sumber pengetahuan ada lima yaitu kepercayaan
berdasarkan tradisi, adat dan agama, adalah berupa nilai-nilai warisan nenek
moyang, pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang lain, juga masih
diwarnai oleh kepercayaan, pengalaman indriawi. Bagi manusia, pengalaman
indriawi adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari, akal
pikiran.
Berbeda dengan panca indera, akal pikiran
memiliki sifat lebih rohani, intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling
dalam. Jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas ketinggian akal
pikiran dan kedalaman pengalaman. Sumber Ilmu dapat merupakan
suatu metode berpikir secar objektif, tujuannya untuk menggambarkan dan memberi
makana terhadap dunia factual, pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu ,
diperolehnya melalalui observasi, eksperimen, klasifikasi. Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk
menemukan pengetahuan yang benar. Pada setiap jenis pengetahuan tidak sama
kriteria kebenarannya karena sifat dan watak pengetahuan itu berbeda.
12
Pengetahuan
tentang alam metafisika tentunya tidak sama dengan pengetahuan tentang alam
fisik. Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai
kebenaran, namun masalahnya tidak hanya sampai di situ saja.Problem kebenaran
inilah yang memacu tumbuh dan berkembangnya espistemologi. Dalam
menghadapi berbagai ilmu pengetahuan, orang akan bertanya tentang jenis ilmu
pengetahuan. Hal ini merupakan masalah klasifikasi ilmu pengetahuan karena
setiap klasifikasi menuntut suatu dasar. perbedaan objek dari yang paling
sederhana sampai dengan yang paling kompleks.
Objek ilmu pasti adalah yang paling
bersahaja karena hanya menyangkut angka yang mengikuti aturan tertentu, pasti.
Oleh karena itu, matematika disebut juga ilmu pasti. Meskipun paling bersahaja,
matematika juga merupakan alat bagi segenap ilmu pengetahuan. Kategori
ilmu yang berguna mereka memasukkan ilmu-ilmu duniawi, seperti kedokteran,
fisika, kimia, biografi, logika, etika, bersama disiplin-disiplin yang khusus
mengenai ilmu keagamaan. Ilmu sihir, alkemi, dan numerology (ilmu nujum dengan
menggunakan bilangan) dimasukan kedalam golongan cabang-cabang ilmu yang tidak
berguna.
13
DAFTAR
PUSTAKA
A.
Qadir C., Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
dalam Islam, Jakarta: Pustaka Obor Indonesia, 2002.
Prof. Dr. Amsal
Bakhtiar, M.A. Filsafat Ilmu, Jakarta : Rajawali Pers, 2012
Jujun S.
Suriasumantri, fFlsafat Ilmu, Pustaka Sinar Harapan : Jakarta,1998
Tidak ada komentar:
Posting Komentar