Sabtu, 13 Juli 2013

Artikel Nasionalisme



Tanamkan Jiwa Nasionalisme Melalui Kepribadian yang Kritis

Perjuangan untuk bangsa, begitu identik dengan sifat kegigihan suatu pribadi jiwa akan pengorbanan dedikasi hidupnya terhadap tanah air yang dicintainya. Jauh, itulah yang tergambar dari wajah nyata para pengaku cinta tanah air ini terhadap cinta akan negaranya. Tekanan yang semakin besar terhadap para penerus bangsa  ini dalam menunjukan eksistensinya agar menjadi bagian dari proses kemajuan bangsa atas bayang-bayang sejarah, terkadang disalah artikan oleh para pribadi penerus perjuangan leluhur bangsa. Menganggap kesenangan fana semata yang didalamnya tidak terdapat nilai fungsi yang memotivasi untuk sebuah orientasi dampak positif yang luas sebagai puncak taraf kehidupan, merupakan kesalahpahaman aplikasi berkehidupan yang terabaikan, namun sangat besar dampak dan akibatnya terutama terhadap nilai pribadi masing-masing penerus bangsa.
Benar jika dikatakan para penerus bangsa yang sadar akan sikap kritis dalam berkehidupan terus bermunculan. Namun, tidak sedikit  muda-mudi bangsa yang saat ini begitu kelam masa depannya yang dikarenakan mudah terdoktrin akan kesenangan fana yang semata. Mulai dari kekeliruan pergaulan masa kini, kesenjangan social, tingkat ketidakpedulian terhadap sesama yang tinggi, dan serta minimnya pengetahuan akan sejarah perjuangan bangsa ini. Bukan kaum muda saja yang berada diambang pintu masa depan yang kelam. Para tetua yang seharusnya menjadi contoh positif yang pengalaman kehidupannya bisa diambil sebagai acuan para penerus-penerusnya, justru lebih dulu dan terus kalut dalam masa depan yang kelam. Guru menyimpang, sedang kalian adalah panutan. Saling sikut tak kenal dosa untuk suatu jabatan, sedang duduk bersama adalah solusi kemakmuran. Pejabat korupsilah, sedang itu adalah hak rakyat. Sungguh hal-hal seperti itu sangatlah memprihatinkan.
Bangsa ini adalah bangsa yang sangat kental akan perjuangan. Bagaimana soekarno berjuang untuk kemerdekaan rakyatnya dan ki hajar dewantara berjuang mendidik penerus-penerus bangsanya. Sudah pasti berat sekali pada masa itu. Lantas apakah kita mampu berperang layaknya pejuang yang rela mati untuk kemerdekaan?. Apakah kita kuat menggurui dalam tekanan?. Sudah pasti kita tidak akan mendapatkan situasi seidentik itu. Berperang melawan kesenjangan moral dan orientasi masa depan adalah perang yang nyata yang saat ini sedang kita hadapi. Sikap pribadi yang kritis terhadap segala bentuk persoalan kehidupan ini sangatlah dibutuhkan. Baik itu mengenai moralitas kita, mentalitas kita, kepedulian kita, maupun kecintaan kita terhadap masa depan bangsa yang cerah dan penuh kedamaian di antara sesamanya. Membedakan mana yang benar dan mana yang salah, menggapai sebanyak-banyaknya nilai-nilai positif meskipun hanya sedikit, tidak takut mengingatkan yang salah, serta tentu membenarkannya seperti sebagaimana seharusnya. Sehingga nilai-nilai penting bangsa ini akan terselamatkan seiring dengan kepribadian masing-masing rakyatnya yang mulia. Dimana bangsa ini tidak tersesat seperti halnya kepribadian kita.

Pengertian Resensi



Pengertian Resensi

A. Pengertian Resensi

Resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya, baik itu buku, novel, majalah, komik, film, kaset, CD, VCD, maupun DVD. Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak. Yang akan kita bahas pada buku ini adalah resensi buku. Resensi buku adalah ulasan sebuah buku yang di dalamnya terdapat data-data buku, sinopsis buku, bahasan buku, atau kritikan terhadap buku.

Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere. Artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Tiga istilah itu mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas buku. Tindakan meresensi dapat berarti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas, atau mengkritik buku. Dengan pengertian yang cukup luas itu, maksud ditulisnya resensi buku tentu menginformasikan isi buku kepada masyarakat luas.

Ada yang berpendapat bahwa minimal ada tiga jenis resensi buku.

1. Informatif, maksudnya, isi dari resensi hanya secara singkat dan umum dalam menyampaikan keseluruhan isi buku.
2. Deskriptif, maksudnya, ulasan bersifat detail pada tiap bagian/bab.
3. Kritis, maksudnya, resensi berbentuk ulasan detail dengan metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Isi dari resensi biasanya kritis dan objektif dalam menilai isi buku.

Namun, ketiga jenis resensi di atas tidak baku. Bisa jadi resensi jenis informatif namun memuat analisa deskripsi dan kritis. Alhasil, ketiganya bisa diterapkan bersamaan.

B. Unsur-unsur Resensi

Daniel Samad (1997: 7-8) menyebutkan unsur-unsur resensi adalah sebagai berikut:

1. Membuat judul resensi

Judul resensi yang menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan atau inti tulisan, tidakharus ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat sesudah resensi selesai. Yang perlu diingat, judul resensi selaras dengan keseluruhan isi resensi.

2. Menyusun data buku

Data buku biasanya disusun sebagai berikut:

a. judul buku (Apakah buku itu termasuk buku hasil terjemahan. Kalau demikian, tuliskan judul aslinya.);

b. pengarang (Kalau ada, tulislah juga penerjemah, editor, atau penyunting seperti yang tertera pada buku.);

c. penerbit;

d. tahun terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa);

e. tebal buku;

f. harga buku (jika diperlukan).

3. Membuat pembukaan

Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut ini:

a. memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi apa saja yang diperoleh;

b. membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain;

c. memaparkan kekhasan atau sosok pengarang;

d. memaparkan keunikan buku;

e. merumuskan tema buku;

f. mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku;

g. mengungkapkan kesan terhadap buku;

h. memperkenalkan penerbit;

i. mengajukan pertanyaan;

j. membuka dialog.

4. Tubuh atau isi pernyataan resensi buku

Tubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat hal-hal di bawah ini:

a. sinopsis atau isi buku secara bernas dan kronologis;

b. ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya;

c. keunggulan buku;

d. kelemahan buku;

e. rumusan kerangka buku;

f. tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit);

g. adanya kesalahan cetak.

5. Penutup resensi buku

Bagian penutup, biasnya berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa.

SHARE