Senin, 21 Januari 2013



FILSAFAT ILMU
”DEFINISI DAN JENIS PENGETAHUAN , SEMBER PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN, KLASIFIKASI DAN HIERARKI ILMU”


KELOMPOK 4 P.S. 1a
DISUSUN OLEH :
Ade Rini
Ahmad Nur Barkah
Ayu Nurul Hasanah
Chairunnisa
Citra Sholihat
Dewi Kumala Sari


Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
Perbankan Syariah
1.A
T.A 2012/2013
Daftar isi

Kata Pengantar ………………………………………………………

A. Definisi Pengetahuan ………………………………………….. 2
Perbedaan pengetahuan dan ilmu

B.  Jenis Pengetahuan …………………………………………….. 4

C.  Sumber – sumber pengetahuan ……………………………… 5

D.  Ukuran Kebenaran …………………………………………… 7

E.  Klasifikasi Dan Hierarki Pengetahuan ……………………….. 9


F.  Kesimpulan ……………………………………………………. 12

Daftar Pustaka




Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk dapat menyelesaikan dan menghadirkan makalah kami yang membahas tentang definisi dan jenis pengetahuan, sumber pengetahuan dan ukuran kebenaran, serta klasifikasi dan hierarki ilmu. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada oembimbing umat, Rasulullah Muhammad SAW., untuk sanak keluarganya, para sahabatnya, dan kita selaku umatnya sampooai akhir zaman.
Suatu kebahagiaan bagi kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Yang dimana bertujuan untuk memenuhi criteria nilai dari program studi filsafat di atas bimbingan pak totong heri. Yang juga dengan selesainya makalah ini, kami berharap kita semua bisa benar-benar memahami materi yang dibahas dalam studi ilmu filsafat. Dan juga mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Makalah ini disusun dengan teratur, sistematis, terarah, dan terpadu. Sehingga mudah dipahami. Semoga bermanfaat untuk pembaca.













1
A. DEFINISI PENGETAHUAN
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam Bahasa Inggris Knowledge. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar.
Sedangkan secara Terminologi akan dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atu hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu.
Dalam amus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan (Knowledge) adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam hal ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) didalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusuri yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.
Dalam Ensiklopedia Indonesia kita dapati uraian yang lebih luas, menurut Epistemologi setiap pengetahuan manusia itu adalah hasil dari berkontaknya dua macam besaran yaitu: pertama, benda atua yang diperiksa, diselidiki dan akhirnya diketahui (objek). Kedua, manusia yang melakukan pelbagai pemeriksaan dan penyidikan dan akhirnya mengetahui (mengenal) benda atau hal tadi.
Lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa pengetahuan dalam arti luas berarti kehadiran internasional objek dalm subjek. Namun dalam arti sempit dan berbeda dengan imajinasi atau pemikiran belaka, pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan pasti (kebenaran dan kepastian). Disini subjek sadar akan hubungan objek dengan eksistensi. Pada umumnya, adalah tepat kalau mengatakan pengetahuan hanya merupakan pengetahuan sadar. Karena sangat sulit melihat bagaiman persisnya suatu pribadi dapat sadar akan suatu eksistensi tanpa kehadiran eksisitensi itu dalam dirinya.
Orang pragmatis, terutama John Dewy tidak membedakan pengetahuan denan kebenaran (antara Knowledge dan Truth). Jadi pengetahuan itu harus benar, kalau tidak benar adalah kontradiksi.
2
Perbedaan Pengetahuan Dengan Ilmu
Dari jumlah pengertian yang ada, sering ditemukan kerancauan antara pengertian pengetahuan dan ilmu. Kedua kata tersebut dianggap memiliki persamaan arti, bahkan ilmu dan pengetahuan terkadang dirangkum menjadi kata majemuk yang mengandung arti sendiri. Hal ini sering kita jumpai dalam berbagai karangan yang membicarakan tentang ilmu pengetahuan. Namun jika kedua kata tersebut berdiri sendiri, akan tampak perbedaan antara keduanya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmu disamakan artinya denga pengetahuan, ilmu adalah pengetahuan. Dari asal katanya kita dapat ketahui bahwa pengetahuan diambil dari kata dalam bahasa Inggris yaitu Knowledge, sedangkan ilmu diambil dari kata science dan peralihan dari kata Arab 'Ilm.
Seiring dengan difinisi yang telah disebutkan sebelumnya, maka difinisi berikutpun tidak jauh berbeda. Pengetahuan merepakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-brang fisik, pemahamannya dilakukan dengan cara persepsi baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbenbentuk ideal yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan.
Untuk memperjelas pemahamann kita perlu juga dibedakan antara pengetahuan yang bersiafat prailmiah dengan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan yang bersifat prailmiah ialah pengetahuan yang belum memenuhi syarat-syarat ilmiah pada umumnya. Sebaliknya pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang harus memenuhi syarat-syarat ilmiah.
Adapun syarat-syarat yang dimiliki oleh pengetahuan ilmiah adalah harus memiliki objek tertentu (formal dam material)dan harus bersistem (harus runtut). Disamping itu pengetahuan ilmiah harus memiliki metode tertentu dengan sifatnya yang umum. Metode itu meliputi metode deduksi, induksi, dan analisis.
The Liang Gie mengutip Paul Freedman dari buku The Principle of sciencitific Research memberi batasan ilmu sebagai berikut:

3
Ilmu adalah suatu bentuk aktiva manusia yang dengan melakukannya umat manusia memperoleh suatu pengetahuan dan senantiasa lebih lengkapdan lebih cermat tentang alam dimas lampau, sekarang dan kemmudian hari, serta suatu kemampuan yang meningkat untuk menyesuaikan dirinya pada dan mengubah lingkungannya serta mengubah sifat-sifatnya sendiri.
Ruusan lain dating dari Carles Siregar yang menyatakan: ilmu adalah proses yang membuat pengetahuan. Dalam arti umum, ilmu sering dijadikan pembeda, umpamanya untuk membedakan antara disiplin Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) denga Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Sementara itu Jujun S. Suriasumatri dalam buku Ilmu dalam Prespektif menulis "Ilmu lebih bersifat merupakan kegiatan dari pada sekedar produk yang siap dikonsumsikan.
Menurut The Liang Gie dalam bukunya mengatakan bahwa "dari segi maknanya, pengertian ilmu sepanjang yang terbaca dalam pustaka menunjuk pada sekurang-kurangnya tiga hal, yakni pengetahuan, aktivitas, dan metode. Dalam hal yang pertama dan ini yang terumum, ilmu senantiasa berarti pengetahuan. Diantara para filusuf dari berbagai aliran terdapat pemahaman umum bahawa ilmu adalah suatu kumpulan yang sistematis dari pengetahuan.
Perbedaan antara ilmu dan pengartahuan  dapat ditelusuri dengan melihat perbedaan cirri-cirinya. Herbert L. Searles memperlihatkanciri-ciri tersebut sebagai berikut: "Kalau ilmu berbeda denagn filsafat bedasrkan empiris, maka ilu berbeda dari pengetahuan biasa karena ciri stematisnya.
Dengan demikian dapat kita tarik kesimpulan bahwa dalam bahasa, pengetahuan dengan ilmu bersinonim arti, sedangkan dalam arti material, keduanya mempunyai perbedaan.

B. JENIS PENGETAHUAN
Pertama, pengetahuan biasa, yaitu pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan common sens, dan sering diartikan dengan good sense,

4
karena seseorang memiliki sesuatu dimana ia menerima secara baik. Semua orang menyebutnya sesuatu itu merah karena memang itu merah, dan juga benda itu panas kerana memang dirasakan panas, dan sebagainya.
Kedua, pengetahuan ilmiah, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ulmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif.
Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secar objektif, tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makana terhadap dunia factual, pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu , diperolehnya melalalui observasi, eksperimen, klasifikasi. Analisis ilmu itu objektif dan menyampingkan unsure pribadi, pemikiran logika diutamakan,netral dalam artian tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat subjektif, karena dimulai dari fakta. Ilmu merupakan milik manusia yang komprehensif. Ilmu merupakan lukisan dari  keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang dipelajarinya dalam ruang dan waktu sejauh jangkauan logika dan dapat diamati panca indera manusia.
Ketiga, Pengetahuan Filsafat, yaitu pengetahuan yang diperleh dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit dan rigid, filsafat membahas hal yang lebih luas dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan pengetahuan yang reflektif dan kritis, sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi longer kembali.
Keempat, pengetahuan Agama, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari Tuhan lewat RasulNya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan ini mengandung hal-hal yang pokok yaitu ajaran tentang cara berhubungan dengan Tuhan dan cara berhubungan dengan sesama manusia. Dan yang lebih penting dari pengetahuan ini disamping informasi tentang Tuhan, juga informasi tentang hari Akhir.

C. Sumber-Sumber Pengetahuan

        Sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan agama, adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya berbentuk norma-norma dan kaidah-kaidah baku yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari.

5
Di dalam norma dan kaidah itu terkandung pengetahuan yang kebenarannya boleh jadi tidak dapat dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik untuk diubah begitu saja. Jadi, harus diikuti dengan tanpa keraguan, dengan percaya secara bulat. Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap (mapan) tetapi subjektif.

         Sumber kedua yaitu pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang lain, juga masih diwarnai oleh kepercayaan. Pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orangtua, guru, ulama, orang yang dituakan, dan sebagainya. Apa pun yang mereka katakan benar atau salah, baik atau buruk, dan indah atau jelek, pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik. Karena, kebanyakan orang telah mempercayai mereka sebagai orang-orang yang cukup berpengalaman dan berpengetahuan lebih luas dan benar. Boleh jadi sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi persoalannya terletak pada sejauh mana orang-orang itu bisa dipercaya. Lebih dari itu, sejauh mana kesaksian pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran dan pengalaman yang telah teruji kebenarannya. Jika kesaksiannya adalah kebohongan, hal ini akan membahayakan kehidupan manusia dan masyarakat itu sendiri.
         Sumber ketiga yaitu pengalaman indriawi. Bagi manusia, pengalaman indriawi adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan bisa pula melakukan kegiatan hidup.
          Sumber keempat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan panca indera, akal pikiran memiliki sifat lebih rohani. Karena itu, lingkup kemampuannya melebihi panca indera, yang menembus batas-batas fisis sampai pada hal-hal yang bersifat metafisis. Kalau panca indera hanya mampu menangkap hal-hal yang fisis menurut sisi tertentu, yang satu persatu, dan yang berubah-ubah, maka akal pikiran mampu menangkap hal-hal yang metafisis, spiritual, abstrak, universal, yang seragam dan yang bersifat tetap, tetapi tidak berubah-ubah. Oleh sebab itu, akal pikiran senantiasa bersikap meragukan kebenaran pengetahuan indriawi sebagai pengetahuan semu dan menyesatkan. Singkatnya, akal pikiran cenderung memberikan pengetahuan yang lebih umum, objektif dan pasti, serta yang bersifat tetap, tidak berubah-ubah.
          Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling dalam. Jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas ketinggian akal pikiran dan kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung.
6
 Artinya, tanpa melalui sentuhan indera maupun olahan akal pikiran. Ketika dengan serta-merta seseorang memutuskan untuk berbuat atau tidak berbuat dengan tanpa alasan yang jelas, maka ia berada di dalam pengetahuan yang intuitif. Dengan demikian, pengetahuan intuitif ini kebenarannya tidak dapat diuji baik menurut ukuran pengalaman indriawi maupun akal pikiran.

D. UKURAN KEBENARAN

Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar.Pada setiap jenis pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannya karena sifat danwatak pengetahuan itu berbeda. Pengetahuan tentang alam metafisika tentunya tidak sama dengan pengetahuan tentang alam fisik. Scara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai kebenaran, namun masalahnya tidak hanya sampai di situ saja.Problem kebenaran inilah yang memacu tumbuh dan berkembangnya espistemologi.

Teori koresponden ini pada umumnya dianaut oleh para pengikut realisme. Adalah Plato, Asistoteles,Moore, russel, Ramsey. Dan tersk teori ini dikembangkan oleh Bertrand Russell (1872-1970) seorang yang bernama k.roders seorang penganut realisme kritis Amerika, berpendapat, bahwa keadaan benar ini terletak dalam kesusuaian antara”esensi atau arti yang kitaberikan dengan’ esensi yang terdapat didalam objektif”.

Berawal dengan idealisme, mereka realisme atau dalam istilah Marxian lebih terkenal dengan materialisme dialektika itu mempertahankan bahwa kebenaran adalah objektif. Selama kenenaran mencerminkan dunia wujud secara pbjektif. Kandungan kebenaran sepenuhnya ditentukan oleh proses objektif yang di cerminkannya. Selanjudnya leni menulis dari renungan yang hudud menuju ke pemikiran yang obstrak.dalam dunua sains teori ini sangant penting sekali digunakan mencapai suatu kebenaran yang dapat diterima oleh semua orang penelitian sangat penting dalam teori korespondensi karena untuk mengecek kebenaran suatu teori perlu penelitian ulang.
Dalam hipotesis adanya Wahyu Allah, maka dapatlah dikatakan ada empat sumber pengetahuan manusia yaitu:

7
1.     Empirisme menyatakan bahwa pengetahuan dapat diperoleh melaui pengalaman dengan jalan observasi atau dengan pengindraan, artinya yang kita ketahui berasal dari segala apa yang kita dapatkan kumpulan tersebut belum tentu bersifat konsisten dan mungkin saja terdapat hal-hal yang sifatnya kontradiktif. Karena satu fakta dengan kaitannya dengan fakta yang lain belum menjamin terwujudnya suatu sistem pengetahuan yang sistematis. Melalui alat indra. Ilmu pengetahuan modern menaruh minat terhadap kenyataan yang bebas dan mendasarkan segala sesuatunya kepada penyelidikan. Ilmuwan menaruh perhatian pada control observasi dan eksperimen, tidak semata-mata pada pnca indra secara umum dari pengalaman. Proses pembentukan kerangka pengetahuan ilmiah berjalan lambat serta melibatkan jumlah manusia.
2.    Rasionalisme yaitu pikiran manusia dengan berpendapat bahwa sumber satu-satunya dari pengetahuan manusia adalah rasio atau akal budaya.
3.    Intuisionisme yang secara etimologis artinya langsung melihat, dengan pendapat tentang sumber pengetahuan adalah manusia mempunyai kemampuan khusus untuk mengetahui yang tidak terikat kepada indra maupun penalaran.
4. Wahyu Allah, yaitu pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat Nabi yang diutus-Nya, yang dikodifikasikan melalui kitab-Nya seperti Al-Qur’an, Tauret, Zabur, dan Injil.
Dari keempat kitab tersebut yang berisikan pengetahuan mengenai kehidupan seseorang yang terjangkau oleh empiri maupun yang mencakup permasalahan yang tendensial.
Pengetahuan berdasarkan kepercayaan atau keimanan kepada Allah sebagai sumber pengetahuan dan kepada para nabi sebagai perantara dan penerima wahyu Allah tersebut, sehingga melalui berbagai pengkajian dapat meningkatkan keimanan seseorang. Ilmu pengetahuan yang dimulai dengan ketidakpercayaan, lalu mulai mengkaji dengan riset, pengalaman dan percobaan untuk sampai kepada kebenaran yang factual.



8
E. KLASIFIKASI DAN HIERARKI ILMU PENGETAHUAN
Dalam menghadapi berbagai ilmu pengetahuan, orang akan bertanya tentang jenis ilmu pengetahuan. Dengan perkataan lain, ilmu pengetahuan, kita golongkan menurut jenis tertentu. Hal ini merupakan masalah klasifikasi ilmu pengetahuan karena setiap klasifikasi menuntut suatu dasar. Dengan demikian, kita akan mempersoalkan dasar itu dahulu.
Adapun Klasifikasi Ilmu Pengetahuan di bagi menjadi 3 (tiga), antara lain:
1)        Klasifikasi berdasarkan Subjek
2)       Klasifikasi berdasarkan Objek
3)        Klasifikasi berdasarkan membeda-bedakan ilmu pengetahuan alam dan ilmu sejarah.

Klasifikasi berdasarkan Subjek Francis Bacon (1561-1626) mendasarkan klasifikasi ilmunya pada subjek, yaitu daya manusia untuk mengetahui sesuatu. Berdasarkan hal
tersebut, ia membeda-bedakan menjadi beberapa bagian yaitu:
1.  Ilmu pengetahuan ingatan, seperti sejarah, yaitu membicarakan masalah-masalah atau kejadian yang telah lalu, meskipun dimanfaatkan untuk masa depan.
2.  Ilmu pengetahuan khayal, seperti kesusastraan, yaitu membicarakan kejadian-kejadian dalam dunia khayal, meskipun berdasar dan untuk keperluan dunia nyata.
3.  Ilmu pengetahuan akal, seperti filsafat, yaitu umumnya, pembahasannya mengandalkan
diri pada logika dan kemampuan berpikir. Klasifikasi tersebut tidak dapat dibenarkan apabila pemikiran kita berpangkal pada pandangan bahwa kita tidak akan mungkin mengenal dengan akal, ingatan, atau daya khayal semata, tetapi dengan seluruh pribadi kita.

Klasifikasi berdasarkan Objek ;
1.     A.M. Ampere (1775-1836) mendasarkan klasifikasinya pada objek material. Berdasarkan hal itu, ia membedakan ilmu pengetahuan kosmologis yang mempersoalkan benda materi dengan ilmu pengetahuan noologis yang mempersoalkan benda rohaniah.

9
2.  Auguste Comte (1798-1836) mendasarkan klasifikasinya pada objek material pula. Ia membuat deretan ilmu pengetahuan berdasarkan perbedaan objek material, yaitu:

1. Ilmupasti/matematika,
2. Ilmu falak/astronomi,
3. Ilmu fisika,
4. Ilmu kimia,
5. Ilmu hayat/biologi, dan
6. Sosiologi.

Deretan tersebut menunjukkan perbedaan objek dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks. Objek ilmu pasti adalah yang paling bersahaja karena hanya menyangkut angka yang mengikuti aturan tertentu, pasti. Oleh karena itu, matematika disebut juga ilmu pasti. Meskipun paling bersahaja, matematika juga merupakan alat bagi segenap ilmu pengetahuan. Sementara itu, ilmu falak menambahkan unsur gerak terhadap matematika, misalnya kinematika. Objek ilmu alam adalah ilmu falak atau matematika ditambah dengan zat dan gaya, sedangkan objek ilmu kimia merupakan objek ilmu fisika ditambah dengan perubahan zat. Unsur gejala kehidupan dimasukkan pada objek ilmu hayat. Adapun sosiologi mempelejari gejala kehidupan manusia berkelompok sebagai makhluk sosial.

Klasifikasi berdasarkan Metode Wilhelm Windelband (1848-1915) membeda-bedakan ilmu pengetahuan alam dan ilmu sejarah. Menurut Widelband, kedua jenis ilmu pengetahuan itu tidak berbeda dalam hal objek karena objeknya satu, ialah kenyataan. Adapun perbedaannya terletak pada metode. Metode untuk ilmu pengetahuan alam disebut nomotetis, sedangkan metode ilmu pengetahuan sejarah menggunakan metode ideografis. Nomotetis berhubungan dengan nomos atau norma yang menunjuk pada
adanya usaha untuk membuat hal umum atau generalisasi.

10
Para filosof muslim membedakan ilmu kepada ilmu kepada ilmu yang berguna dan yang tak berguna. Kategori ilmu yang berguna mereka memasukkan ilmu-ilmu duniawi, seprti kedokteran, fisika, kimia, biografi, logika, etika, bersama disiplin-disiplin yang khusus mengenai ilmu kesgamaan. Ilmu sihir, alkemi, dan numerology (ilmu nujum dengan menggunakan bilangan) dimasukan kedalam golongan cabang-cabang ilmu yang tidak berguna. Klasifikasi ini memberikan makna implisit menolak adanya sekularisme, karwawasan Yang Kudus tidak menghalang-halangiorang untuk menekuni ilmu-ilmu pengetahuan duniawi secara teoretis dak praksis.
Secara umum ada tiga basis yang sangat mendasar dalam menyusun secara hilarkies ilmu-ilmu metodologis, ontologis, dan ethis. Hampir ketiga kriteria ini dipakai dan diterima oleh para ilmuan muslim sesudahnya membuat klasifikasi ilmu-ilmu. Al-Farabi membuat klasifikasi ilmu secara filosofis ke dalam beberapa wilayah, seperti ilmu-ilmu matematis, ilmu alam, metafisika, ilmu politik dan terakhir yurisprudensi dan teologi dialektis. Beliau memberi perincian ilmu-ilmu religius (hilaiyah) dalam bentuk kalam dan fiqih langsung mengikuti perincian ilmu-ilmu filosofis, yakni matematika, ilmu alam, metafisika, dan ilmu politik. Sedangkan Al-Ghazali secara filosofi membagi ilmu ke dalam ilmu syariyah dan ilmu akliyah. Oleh AL-Ghazali ilmu yang terakhir ini disebut juga sebagai ilmu ghair syar’iyyah. Begitu juga Quthb al-Din membedakan jenis ilmu menjadi ulum hikmy dan ulum ghair hikmy. Ilmu nonfilosofis menurutnya dipandang sinonim dengan ilmu religious, karena dia menggangap ilmu itu berkembang dalam suatu peradaban yang memiliki syari’ah (hukum wahyu).

Pemakaian istilah ghair oleh Al-Ghazali dan Quthb al-Din untuk ilmu intelektual berarti, bagi keduanya, ilmu syar’iyyah lebih utama dan lebih berperan sebagai basis (landasan) untuk menamai setiap ilmu lainnya. Dr. Muhammad Al-Bahi membagi ilmu dari segi sumbernya terbagi menjadi dua, pertama; ilmu yang bersumber dari Tuhan, kedua; ilmu yang bersumber dari manusia. Al-Jurjani membagi ilmu menjadi dua jenis, yaitu, pertama, ilmu Qadim dan kedua, ilmu hadis (baru). Ilmu Qadim adalah Allah yang jelas sangat berbeda dari ilmu Hadis yang dimiliki manusia sebagai hamba-Nya.

Namun di sini penulis menganggap perlu mengemukakan klasifikasi Al-Ghazali, karena AL-Ghazali-lah sebagai peletak dasar filosofis pertama kali teori ilmunasionis dalam arti pengetahuan yang dating dari Tuhan melalui pencerahan dan penyinaran. Dan dia berpendapat bahwa pengetahuan intuisi/ma’rifah yang dating dari Allah langsung kepada seseorang adalah pengetahuan yang paling benar.

Upaya klasifikasi ataupun pembidangan ilmu-ilmu adalah cirri-ciri dari karateristik ilmu yang sulit dihindari. Suatu ilmu akan berenti disuatu tempat, tapi akan berkembang di tempat lain. Dinamika ini terus berjalan seiring perkembangan ilmu itu sendiri yang terus mengarah pada tataran praktis berupa kemajuan sains dan teknologi. Begitupun ilmu-ilmu yang berkembang di dunia Islam.
11
Secara umum ilmu-ilmu yang berkembang dalam sejarah Islam meliputi ilmu  Al-quran, ilmu hadis, ilmu tafsir, bahasa Arab, ilmu kalam atau teologi, fiqih siyasah atau hukum tata Negara, peradilan, tasawuf, tarekat, akhlak, sejarah politik, dakwah Islam, sains Islam, pendidikan Islam, peradaban Islam, perbandingan agama, kebudayaan Islam pembaharuan dan pemurnian dalam Islam, studi wilayah Islam, dan studi-studi bahasa-bahasa dan sastra-sastra Islam. Ilmu itu kemudian berlanjut berkembang dan memiliki cabang masing-masing.

Khususnya di abad kontomporer, upaya integrasi terus dilakukan guna mencapai upaya islamisasi ilmu. Dan perihal yang perlu diketahui bahwa yang membedakan antar upaya pengembangan pembidangan ataupun klasifikasi jenis dan bentuk ilmu di Barat di dunia Islam adalah Islam mengenal visi hierarki keilmuan. Yakni Islam memandang terdapat hierarki dalam objek yang diketahui dan subjek yang mengetahui. Adanya pengakuan wawasan Yang Kudus dan kemudian terjabarkan secara hierarkis ke dalam berbagai keilmuan. Dan masing-masing ilmu memiliki visi prioritas dan religious.


F. Kesimpulan
          Dalam Ensiklopedia Indonesia kita dapati uraian yang lebih luas, menurut Epistemologi setiap pengetahuan manusia itu adalah hasil dari berkontaknya dua macam besaran yaitu: pertama, benda tua yang diperiksa, diselidiki dan akhirnya diketahui (objek). Kedua, manusia yang melakukan berbagai pemeriksaan dan penyidikan dan akhirnya mengetahui (mengenal) benda atau hal tadi. Sumber pengetahuan ada lima yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan agama, adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang, pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang lain, juga masih diwarnai oleh kepercayaan, pengalaman indriawi. Bagi manusia, pengalaman indriawi adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari, akal pikiran.
           Berbeda dengan panca indera, akal pikiran memiliki sifat lebih rohani, intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling dalam. Jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas ketinggian akal pikiran dan kedalaman pengalaman. Sumber Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secar objektif, tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makana terhadap dunia factual, pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu , diperolehnya melalalui observasi, eksperimen, klasifikasi. Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Pada setiap jenis pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannya karena sifat dan watak pengetahuan itu berbeda.

12
          Pengetahuan tentang alam metafisika tentunya tidak sama dengan pengetahuan tentang alam fisik. Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai kebenaran, namun masalahnya tidak hanya sampai di situ saja.Problem kebenaran inilah yang memacu tumbuh dan berkembangnya espistemologi. Dalam menghadapi berbagai ilmu pengetahuan, orang akan bertanya tentang jenis ilmu pengetahuan. Hal ini merupakan masalah klasifikasi ilmu pengetahuan karena setiap klasifikasi menuntut suatu dasar. perbedaan objek dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks.
          Objek ilmu pasti adalah yang paling bersahaja karena hanya menyangkut angka yang mengikuti aturan tertentu, pasti. Oleh karena itu, matematika disebut juga ilmu pasti. Meskipun paling bersahaja, matematika juga merupakan alat bagi segenap ilmu pengetahuan. Kategori ilmu yang berguna mereka memasukkan ilmu-ilmu duniawi, seperti kedokteran, fisika, kimia, biografi, logika, etika, bersama disiplin-disiplin yang khusus mengenai ilmu keagamaan. Ilmu sihir, alkemi, dan numerology (ilmu nujum dengan menggunakan bilangan) dimasukan kedalam golongan cabang-cabang ilmu yang tidak berguna.











13
DAFTAR PUSTAKA


A.        Qadir C., Filsafat dan Ilmu Pengetahuan dalam Islam, Jakarta: Pustaka Obor Indonesia, 2002.
Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A. Filsafat Ilmu, Jakarta : Rajawali Pers, 2012
Jujun S. Suriasumantri, fFlsafat Ilmu, Pustaka Sinar Harapan : Jakarta,1998

SHARE