KEWIRAUSAHAAN
“ BIOGRAFI WIRAUSAHAWAN SUKSES DI INDONESIA”
Di ajukan untuk salah satu syarat mata kuliah
Kewirausahaan
Di Susun Oleh :
Ahmad Nur Barkah
1207025010
Kelas PS 3C
FAKULTAS AGAMA ISLAM
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR.
HAMKA
Elang Gumilang
Ia seorang pengusaha. Tapi
Selasa dua pekan lalu, di dalam Toyota Rush berwarna silver yang tengah
meluncur di Jalan Dramaga, Kabupaten Bogor, ia bukan cuma pengusaha. Ia, Elang Gumilang,
24 tahun, mahasiswa sekaligus Direktur Utama sebuah pengembang perumahan. Dan
itu sebuah usaha dengan prestasi mengesankan: berhasil membangun lebih dari
seribu rumah sederhana di empat proyek perumahan di Kabupatan Bogor. Bermodal
awal Rp. 300an juta, kini nilai proyek Elang Group terbang menembus Rp. 17
miliar.
Elang, sulung dari 3
bersaudara, tidak pernah menyumpal bakat bisnis dan keuletan yang di turunkan
oleh ayahnya, H Misbah – kini 58 tahun, yang punya usaha kontraktor
kecil-kecilan. Saat belajar di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bogor, Elang
sudah berbisnis: menjual donat. Kegiatan ini baru berhenti, orangtuanya
melarang.
Tapi elang, dengan bakat dan
kecerdasanya, terus mencari uang, kali ini dengan mengikuti aneka lomba. Elang
pernah muncul sebagai juara ke-3 Marketing Games Perguruan Tinggi Seluruh
Indonesia di Universitas Trisakti. Ia juga juara pertama kompetisi Ekonomi SMA
Se-Jabodetabek 2003 di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan juara pertama
Economic Contest di Institut Pertanian Bogor, tahun yang sama. Uang Rp. 10 juta
terkumpul. Elang mendapat “tiket gratis” masuk Fakultas Ekonomi & Manajemen
IPB.
Di IPB jiwa bisnisnya
berkembang lebih mekar. Pada tahun pertama, Elang menjual sepatu berbekal
katalog, ia menawarkan sepatu dari satu asrama ke asrama mahasiswa di Kampus
Biru itu. Ia juga pernah menjual lampu. Miyak goreng adalah dagangan
selanjutnya “Saya sempat diajak, “Kata Roni Jayawinangun, sahabat Elang.
Memasuki tahun ke-3, Elang dan
12 kawannya membuka khursus Bahasa Inggris, English Avenue, di kampusnya dengan
modal Rp. 21 juta. Elang menjadi direkturnya. Sambil mengisi waktu luang, dia
menyambi menjadi tenaga pemasaran salah satu perusahaan property di Bogor. Tak
ada Gaji, hanya mendapat komisi jika berhasil menjual rumah.
Berbekal pengalaman menjadi
salesman pengembang, Elang nekat berbisnis sendiri. Pada 2005, pengemar
traveling itu mencoba ikut tender rehabilitasi sekolah dasar di Jakarta. Nasib
baik. Proyek senilai Rp. 160 juta digenggamnya. Ia makin percaya diri mengeluti
dunia propeerti,. Pada 2006, di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, dia
mengubah akta perusahaan yang hampir tutup menjadi Elang Group. Tanah
nganggur milik sebuah instansi di cinangneng Kabupaten Bogor, di
liriknya. Sayang, modalnya cekak. Bank juga enggan mendanainya. Tak menyerah,
Elang mengajak 5 kawannya dan terkumpul duit Rp 340 Juta.
Lantas dia membujuk Bank
Tabungan Negara (BTN) bekerjasama menyediakan kredit kepemilikan rumah
sederhana bersubsidi (KPRS) bagi masyarakat berpenghasilan dibawah Rp 2,5 Juta.
Deal, BTN setuju. Pada 2007 Elang Group menjual rumah. Harganya mulai Rp 25
Juta (Tipe 21/60 berbungan 4,5% per tahun dan maksimal Rp 45 Juta (Tipe 36/72 )
Berbunga 7,5% per tahun. Cicilannya Rp 25-90 ribu per bulan.
Proyek perdana Elang
Group di perumahan Griya Salak Endah itu berhasil. Sebanyak 450 unit rumah
terjual. Pembelinya buruh, pedangan, tukang tambal ban, dan guru. Saya tergerak
menyediakan rumah murah karena banyak orang kecil kesulitan membelinya, ujar
Elang.
PENGHARGAAN
·
Wirausaha Muda Mandiri terbaik Indonesia 2007
·
Lelaki Sejati Pengobar Inspirasi 2008
·
Man of the Year 2008 dari Radar Bogor
·
Pemuda Pilihan 2008 dari TV One
·
Indonesia Top Young Entrepreuner 2008 dari Warta
Ekonomi
Pada 2008, Elang membangun
lagi Perumahan Bukit Warna Sari Endah, Cilebut, Bogor. Ekspansi Perumahan Griya
Salak Endah II juga sukses. Pada 2009, Elang mengambil alih proyek Griya PGRI
di Ciampea yang tidak bisa diselesaikan oleh pengembang lain.
Seseorang bankir di BTN cabang
Bogor yang minta namanya tak disebutkan mengatakan salut kepada Elang. Kendati
bukan anak pejabat atau pengusaha besar, jaringan Elang luas. “Biasanya butuh
tiga bulan menyelesaikan izin,” ujarnya, “tapi Elang Cuma butuh sebulan.”
Kelebihan lain, Elang tak mengambil kredit konstruksi dari bank.
Menurut Elang setelah dirinya
menyelesaikan pembebasan lahan, perizinan, site plan, cut and fill, hingga
meneken perjanjian dengan bank, giliran kawan dan mitranya berperan. Mereka
bahu-membahu menyediakan pembangunan rumah, strategi ini efektif. Empat proyek
sudah memberikan keuntungan bagi para pemodalnya. Dukungan kawan-kawannya pun
terus berlanjut hingga kini.
Permasalahan Elang justru di
kuliahnya. Tak seperti di sekolah, Sertifikasi Property dan Asian Coach skripsi
di IPB terkatung-katung hingga tahun ke enam. “ Sudah lebih dari 25 ganti draft
skripsi,” ujarnya. Menurut Ketua Departemen Fakultas Manajemen IPB Jono M.
Munandar, secara akademik Elang tidak ada masalah. Indeks prestasi kumulatifnya
mencapai 3 dari skala 4. Tapi kuliahnya kedododran. “Kami mendorongnya cepat
menyelesaikan kuliah agar menjadi contoh bagi mahasiswa. “
Tidak salah apabila sukses
saat kuliah menjadi dambaan semua mahasiswa di negeri kita, gimana tidak
tertarik. Disaat mahasiswa setelah lulus bingung cari kerja, mahasiswa yang
sudah sukses pada saat kuliah sudah tidak akan bingung lagi untuk cari kerja
kesana kemari, fenomena ini terjadi pada sosok Elang Gumilang, sosok pemuda
yang layak untuk dikagumi, karena pada usianya yang masih muda, 25 tahun, Elang
Gumulang telah meraih banyak kesuksesan di negeri ini, Omzet yang dihasilkan
dari bisnis propertinya mencapai miliaran rupiah, maka pantaslah jika pada
tahun 2007 lalu, Elang Gumilang dinobatkan sebagai wirausahaan muda Nomor 1
Indonesia.
Elang gumilang lahir di Bogor,
25 tahun lalu, sejak kecil dia selalu diajarkan oleh orang tuanya tentang
perjuangan hidup, Elang Gumilang mengaku bahwa kesuksesannya sekarang ini tidak
lepas dari peran orang tuanya itu, orang tuanya mengajarkan sesuatu tidak dapat
diraih secara gratis. Orang tunya mengajarkan bahwa rizki tidak berasal dari
manusia, tetapi hanya dari Allah SWT. Pelajaran ini yang akhirnya tertanam kuat
dalam diri elang Gumilang, Sehingga ELang Menjelma sebagai sosok anak muda yang
selalu berjuang dalam hidup, pantang menyerah, dan bertawakal kepada Alloh.
Elang Gumilang mengaku bahwa
kesuksesan sekarang tidak datang secara tiba tiba, banyak proses yang di hadapi
oleh sosok Elang Gumilang, Mulai Jualan Donat disekolah sekolah, Jualan sepatu,
serta membuat lembaga kursus bahasa Inggris, dan sekarang menjadi pengusaha
property yang sukses.
Dalam perjalanan Elang
Gumilang dalam mengembangkan bisnis propertynya, Elang Gumilang berpesan
berpesan “Ketika kita bekerja atau melakukan segala sesuatu, kita bisa dengan
mudah terjebak ke dalam situasi yang membuat aktivitas itu hanyalah rutinitas.
Karena itulah, kita harus selalu memasukkan rasa hormat kita, rasa sykur kita,
pengabdian, dan rasa cinta kita terhadap tuhan yang telah member kita
kesempatan melakukan pekerjaan ini, dank arena pekerjaan tersebut kita lakukan
untuk menunjukkan perasaan itu kepada tuhan bahwa pekerjaan ini pada hakikatnya
adalah sebuah bentuk ibadah kita kepada-Nya, maka kita pasti akan melakukannya
dengan segenap kemampuan kita.
Elang sendiri merupakan anak
pertama dari tiga bersaudara pasangan H. Enceh (55) dan Hj. Prianti (45). Elang
terlahir dari keluarga yang lumayan berada, yaitu ayahnya berprofesi sebagai
kontraktor, sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga biasa. Sejak kecil orang
tuanya sudah mengajarkan bahwa segala sesuatu diperoleh tidak dengan gratis.
Orang tuanya juga meyakinkan bahwa rezeki itu bukan berasal dari mereka tapi
dari Allah SWT..
Ketika duduk di bangku Sekolah
Dasar Pengadilan 4, Bogor, Elang sudah mengikuti berbagai perlombaan dan bahkan
ia pernah mengalahkan anak SMP saat lomba cerdas cermat. Karena kepintarannya
itu, Elang pun menjadi anak kesayangan guru-gurunya.
Begitu pula ketika masuk SMP I
Bogor, SMP terfavorit di kabupaten Bogor, Elang selalu mendapatkan rangking.
Pria kelahiran Bogor, 6 April 1985 ini mengaku kesuksesan yang ia raih saat ini
bukanlah sesuatu yang instan. “Butuh proses dan kesabaran untuk mendapatkan
semua ini, tidak ada sesuatu yang bisa dicapai secara instan,” tegasnya. Jiwa
wirausaha Elang sendiri
mulai terasah saat ia duduk di bangku kelas 3 SMA I Bogor, Jawa Barat. Dalam hati, Elang bertekad setelah lulus SMA nanti ia harus bisa membiayai kuliahnya sendiri tanpa menggantungkan biaya kuliah dari orang tuanya. Ia pun mempunyai target setelah lulus SMA harus mendapatkan uang Rp 10 juta untuk modal kuliahnya kelak.
mulai terasah saat ia duduk di bangku kelas 3 SMA I Bogor, Jawa Barat. Dalam hati, Elang bertekad setelah lulus SMA nanti ia harus bisa membiayai kuliahnya sendiri tanpa menggantungkan biaya kuliah dari orang tuanya. Ia pun mempunyai target setelah lulus SMA harus mendapatkan uang Rp 10 juta untuk modal kuliahnya kelak.
Berjualan Donat. Akhirnya,
tanpa sepengetahuan orang tuanya, Elang mulai berbisnis kecil-kecilan dengan
cara berjualan donat keliling. Setiap hari ia mengambil 10 boks donat
masing-masing berisi 12 buah dari pabrik donat untuk kemudian dijajakan ke
Sekolah Dasar di Bogor. Ternyata lumayan juga. Dari hasil jualannya ini, setiap
hari Elang bisa meraup keuntungan Rp 50 ribu. Setelah berjalan beberapa bulan,
rupanya kegiatan sembunyi-sembunyiny a ini tercium juga oleh orang tuanya.
“Karena sudah dekat UAN (Ujian Akhir
Nasional), orang tua menyuruh saya untuk berhenti berjualan donat. Mereka khawatir kalau kegiatan saya ini mengganggu ujian akhir,” jelas pria pemenang lomba bahasa sunda tahun 2000 se-kabupaten Bogor ini.
Nasional), orang tua menyuruh saya untuk berhenti berjualan donat. Mereka khawatir kalau kegiatan saya ini mengganggu ujian akhir,” jelas pria pemenang lomba bahasa sunda tahun 2000 se-kabupaten Bogor ini.
Dilarang berjualan donat,
Elang justru tertantang untuk mencari uang dengan cara lain yang tidak
mengganggu sekolahnya. Pada tahun 2003 ketika Fakultas Ekonomi dan Manajemen
IPB mengadakan lomba Java Economic Competion se-Jawa, Elang mengikutinya dan
berhasil menjuarainya. Begitu pula saat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
(UI) menyelenggarakan kompetisi Ekonomi, Elang juga berhasil menjadi juara
ke-tiga. Hadiah uang yang diperoleh dari setiap perlombaan, ia kumpulkan untuk
kemudian digunakan sebagai modal kuliah.
Setelah lulus SMU, Elang
melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi IPB (Institut Pertanian Bogor). Elang
sendiri masuk IPB tanpa melalui tes SPMB (Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru) sebagaimana
calon mahasiswa yang akan masuk ke Perguruan Tinggi Negeri. Ini dikarenakan
Elang pernah menjuarai kompetisi ekonomi yang diadakan oleh IPB sehingga bisa
masuk tanpa tes. Saat awal-awal masuk kuliah, Elang mendapat musibah yang
menyebabkan uang Rp 10 jutanya tinggal Rp 1 juta. Namun Elang enggan
memberitahu apa
musibah yang dialaminya tersebut.
musibah yang dialaminya tersebut.
Padahal uang itu rencananya
akan digunakan sebagai modal usaha. Meski hanya bermodal Rp 1 juta, Elang tidak
patah semangat untuk memulai usaha. Uang Rp 1 juta itu ia belanjakan sepatu
lalu ia jual di Asrama Mahasiswa IPB. Lewat usaha ini, dalam satu bulan Elang
bisa mengantongi uang Rp 3 jutaan. Tapi setelah berjalan beberapa tahun, orang
yang menyuplai sepatunya entah kenapa mulai menguranginya dengan cara
menurunkan kualitas sepatunya. Satu per satu pelanggannya pun tidak mau lagi
membeli sepatu Elang. Sejak itu, Elang memutuskan untuk tidak lagi berjualan
sepatu.
Setelah tidak lagi berbisnis
sepatu, Elang kebingungan mencari bisnis apalagi. Pada awalnya, dengan sisa
modal uang bisnis sepatu, rencanaya ia akan gunakan untuk bisnis ayam potong.
Tapi, ketika akan terjun ke bisnis ayam potong, Elang justru melihat peluang
bisnis pengadaan lampu di kampusnya. “Peluang bisnis lampu ini berawal ketika
saya melihat banyak
lampu di IPB yang redup. Saya fikir ini adalah peluang bisnis yang menggiurkan,” paparnya.
lampu di IPB yang redup. Saya fikir ini adalah peluang bisnis yang menggiurkan,” paparnya.
Karena tidak punya modal
banyak, Elang menggunakan strategi Ario Winarsis, yaitu bisnis tanpa menggunakan
modal. Ario Winarsis sendiri awalnya adalah seorang pemuda miskin dari Amerika
Latin, Ario Winarsis mengetahui ada seorang pengusaha tembakau yang kaya raya di
Amerika.
Setiap hari, ketika pengusaha
itu keluar rumah, Ario Winarsis selalu melambaikan tangan ke pengusaha itu. Pada
awalnya pengusaha itu tidak memperdulikannya. Tapi karena Ario selalu melambaikan
tangan setiap hari, pengusaha tembakau itu menemuinya dan mengatakan, “Hai
pemuda, kenapa kamu selalu melambaikan tangan setiap saya ke luar rumah?”
Pemuda miskin itu lalu menjawab, “Saya punya tembakau kualitas bagus. Bapak
tidak usah membayar dulu, yang penting saya dapat PO dulu dari Bapak.” Setelah
mendengar jawaban dari pemuda itu, pengusaha kaya itu lalu membuatkan tanda
tangan dan stempel kepada pemuda tersebut. Dengan modal stempel dan tanda
tangan dari pengusaha Amerika itu, pemuda tersebut pulang dan mengumpulkan
hasil tembakau di kampungnya untuk di jual ke Amerika lewat si pengusaha kaya
raya itu. Maka, jadilah pemuda itu orang kaya raya tanpa modal.
Begitupula Elang, dengan modal
surat dari kampus, ia melobi ke perusahaan lampu Philips pusat untuk menyetok
lampu di kampusnya. “Alhamdulillah proposal saya gol, dan setiap penjualan saya
mendapat keuntungan Rp 15 juta,” ucapnya bangga.
Tapi, karena bisnis lampu ini
musiman dan perputaran uangnya lambat, Elang mulai berfikir untuk mencari
bisnis yang lain. Setelah melihat celah di bisnis minyak goreng, Elang mulai menekuni
jualan minyak goreng ke warung-warung. Setiap pagi sebelum berangkat kuliah, ia
harus membersihkan puluhan jerigen, kemudian diisi minyak goreng curah, dan
dikirim ke
warung-warung Pasar Anyar, serta Cimanggu, Bogor. Setelah selesai mengirim minyak goreng, ia kembali ke kampus untuk kuliah. Sepulang kuliah, Elang kembali mengambil jerigen-jerigen di warung untuk diisi kembali keesokan harinya.
warung-warung Pasar Anyar, serta Cimanggu, Bogor. Setelah selesai mengirim minyak goreng, ia kembali ke kampus untuk kuliah. Sepulang kuliah, Elang kembali mengambil jerigen-jerigen di warung untuk diisi kembali keesokan harinya.
Tapi, karena bisnis minyak ini
80 persen menggunakan otot, sehingga mengganggu kuliahnya. Elang pun memutuskan
untuk berhenti berjualan. “Saya sering ketiduran di kelas karena kecapain,”
kisahnya.
Elang mengaku selama ini ia
berbisnis lebih banyak menggunakan otot dari pada otak. Elang berkonsultasi ke
beberapa para pengusaha dan dosennya untuk minta wejangan. Dari hasil
konsultasi, Elang mendapat pencerahan bahwa berbisnis tidak harus selalu
memakai otot, dan banyak peluang-peluang bisnis yang tidak menggunakan otot.
Setelah mendapat berbagai
masukan, Elang mulai merintis bisnis Lembaga Bahasa Inggris di kampusnya. “Bisnis bahasa Inggris ini
sangat prospektif apalagi di kampus, karena ke depan dunia semakin global dan
mau tidak mau kita dituntut untuk bisa bahasa Inggris,” jelasnya. Adapun
modalnya, ia patungan bersama kawan-kawannya. Sebenarnya ia bisa membiayai usaha itu sendiri, tapi karena
pegalaman saat jualan minyak, ia memutuskan untuk
mengajak teman-temannya. Karena lembaga kursusnyanya ditangani secara profesional dengan tenaga pengajar dari lulusan luar negeri, pihak Fakultas Ekonomi mempercayakan lembaganya itu menjadi mitra.
mengajak teman-temannya. Karena lembaga kursusnyanya ditangani secara profesional dengan tenaga pengajar dari lulusan luar negeri, pihak Fakultas Ekonomi mempercayakan lembaganya itu menjadi mitra.
Bangun Rumah Orang Miskin. Di
usianya yang relatif muda, pemuda yang tak suka merokok ini sudah menuai
berbagai keberhasilan. Dari hasil usahanya itu Elang sudah mempunyai rumah dan
mobil sendiri. Namun di balik keberhasilannya itu, Elang merasa ada sesuatu
yang kurang. Sejak saat itu ia mulai merenungi kondisinya. “Kenapa kondisi saya
begini, padahal saya di IPB hanya tinggal satu setengah tahun lagi. Semuanya
saya sudah punya, apalagi
yang saya cari di dunia ini?” batinnya.
yang saya cari di dunia ini?” batinnya.
Setelah lama merenungi
ketidaktenangannya itu, akhirnya Elang mendapatkan jawaban. Ternyata selama ini
ia kurang bersyukur kepada Tuhan. Sejak saat itulah Elang mulai mensyukuri segala
kenikmatan dan kemudahan yang diberikan oleh Tuhan. Karena bingung mau bisnis
apalagi, akhirnya Elang shalat istikharah minta ditunjukkan jalan. “Setelah
shalat istikharah, dalam tidur saya bermimpi melihat sebuah bangunan yang
sangat megah dan indah di
Manhattan City, lalu saya bertanya kepada orang, siapa sih yang membuat bangunan megah ini? Lalu orang itu menjawab, “Bukannya kamu yang membuat?” Setelah itu Elang terbangun dan merenungi maksud mimpi tersebut. “Saya pun kemudian memberanikan diri untuk masuk ke dunia properti,” ujarnya.
Manhattan City, lalu saya bertanya kepada orang, siapa sih yang membuat bangunan megah ini? Lalu orang itu menjawab, “Bukannya kamu yang membuat?” Setelah itu Elang terbangun dan merenungi maksud mimpi tersebut. “Saya pun kemudian memberanikan diri untuk masuk ke dunia properti,” ujarnya.
Pengalaman bekerja di
marketing perumahan membuatnya mempunyai pengetahuan
di dunia properti. Sejak mimpi itu ia mulai mencoba-coba ikut berbagai tender. Tender pertama yang ia menangi Rp 162 juta di Jakarta yaitu membangun sebuah Sekolah Dasar di daerah Jakarta Barat. Sukses menangani sekolah membuat Elang percaya diri untuk mengikuti tender-tender yang lebih besar. Sudah berbagai proyek perumahan ia bangun.
di dunia properti. Sejak mimpi itu ia mulai mencoba-coba ikut berbagai tender. Tender pertama yang ia menangi Rp 162 juta di Jakarta yaitu membangun sebuah Sekolah Dasar di daerah Jakarta Barat. Sukses menangani sekolah membuat Elang percaya diri untuk mengikuti tender-tender yang lebih besar. Sudah berbagai proyek perumahan ia bangun.
Selama ini bisnis properti
kebanyakan ditujukan hanya untuk orang-orang kaya atau berduit saja. Sedangkan
perumahan yang sederhana dan murah yang terjangkau untuk orang miskin jarang
sekali pengembang yang peduli. Padahal di Indonesia ada 70 juta rakyat yang
masih belum memiliki rumah. Apalagi rumah juga merupakan kebutuhan yang sangat
primer. Sebagai tempat berteduh dan membangun keluarga. “Banyak orang di Indonesia
terutama yang tinggal di kota belum punya rumah, padahal mereka sudah berumur
60 tahun, biasanya kendala mereka karena DP yang kemahalan, cicilan kemahalan,
jadi sampai sekarang mereka belum berani untuk memiliki rumah,” jelasnya.
Dalam hidupnya, Elang ingin
memiliki keseimbangan dalam hidup. Bagi Elang, kalau mau kenal orang maka
kenalilah 10 orang terkaya di Indonesia dan juga kenal 10 orang termiskin di
Indonesia. Dengan kenal 10 orang termiskin dan terkaya, akan mempunyai
keseimbangan dalam hidup, dan pasti akan melakukan sesuatu untuk mereka.
Melihat realitas sosial seperti itu, Elang terdorong untuk mendirikan perumahan
khusus untuk orang-orang ekonomi ke bawah. Maka ketika ada peluang mengakuisisi
satu tanah di desa Cinangka kecamatan Ciampea, Elang langsung mengambil peluang
itu. Tapi, karena Elang tidak punya banyak modal, ia mengajak teman-temannya
yang berjumlah 5 orang untuk patungan. Dengan modal patungan Rp 340 juta, pada tahun
2007 Elang mulai membangun rumah sehat sederhana (RSS) yang difokuskan untuk si
miskin berpenghasilan rendah. Dari penjualan rumah yang sedikit demi sedikit
itu. Modalnya Elang putar kembali untuk membebaskan lahan di sekitarnya. Rumah bercat
kuning pun satu demi satu mulai berdiri.
Elang membangun rumah dengan
berbagai tipe, ada tipe 22/60 dan juga tipe 36/72. Rumah-rumah yang berdiri di
atas lahan 60 meter persegi tersebut ditawarkan hanya seharga Rp 25 juta dan Rp
37 juta per unitnya. “Jadi, hanya dengan DP Rp 1,25 juta dan cicilan Rp 90.000 ribu
per bulan selama 15 tahun, mereka sudah bisa memiliki rumah,” ungkapnya.
Karena modalnya pas-pasan,
untuk media promosinya sendiri, Elang hanya mengiklankan di koran lokal. Karena
harganya yang relatif murah, pada tahap awal pembangunan langsung terjual habis.
Meski harganya murah, tapi fasilitas pendukung di dalamnya sangat komplit,
seperti Klinik 24 jam, angkot 24 jam, rumah ibadah, sekolah, lapangan olah
raga, dan juga dekat dengan pasar. Karena rumah itu diperuntukkan bagi kalangan
ekonomi bawah, kebanyakan para profesi konsumennya adalah buruh pabrik, staf
tata usaha (TU) IPB, bahkan ada juga para pemulung.
Sisihkan 10 Persen. Dengan
berbagai kesuksesan di usia muda itu, Elang tidak lupa diri dengan hidup
bermewah-mewahan, justru Elang semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Salah
satu wujud rasa syukur atas nikmatnya itu, dalam setiap proyeknya, ia selalu
menyisihkan 10 persen untuk kegiatan amal. “Uang yang 10 persen itu saya
masukkan ke BMT (Baitul Mal Wa Tanwil/tabungan) pribadi, dan saya alokasikan
untuk membantu orang-orang miskin dan orang
yang kurang modal,” bebernya. Bagi Elang, materi yang saat ini ia miliki ada hak orang miskin di dalamnya yang musti dibagi. Selain menyisihkan 10 persen dari hasil proyeknya, Elang juga memberikan sedekah mingguan, bulanan, dan bahkan tahunan kepada fakir miskin.
yang kurang modal,” bebernya. Bagi Elang, materi yang saat ini ia miliki ada hak orang miskin di dalamnya yang musti dibagi. Selain menyisihkan 10 persen dari hasil proyeknya, Elang juga memberikan sedekah mingguan, bulanan, dan bahkan tahunan kepada fakir miskin.
Bagi Elang, sedekah itu tidak
perlu banyak tapi yang paling penting adalah kontinuitas dari sedekah tersebut.
Meski jumlahnya kecil, tapi jika dilakukan secara rutin, itu lebih baik
daripada banyak tapi tidak rutin.
Elang sendiri terbilang
sebagai salah satu sosok pengusaha muda yang sukses dalam merintis bisnis di
tanah air. Prestasinya patut diapresiasi dan dijadikan suri tauladan bagi
anak-anak muda yang lain. Bagi Elang, semua anak muda Indonesia bisa menjadi
orang yang sukses, karena kelebihan manusia dengan ciptaan mahkluk Tuhan yang
lain adalah karena manusia diberi akal. Dan, ketika manusia lahir ke dunia dan
sudah bisa mulai berfikir, manusia itu seharusnya sudah bisa mengarahkan hidupnya
mau dibawa kemana. “Kita hidup ibarat diberi diary kosong. Lalu, tergantung
kitanya mau mengisi catatan hidup ini. Mau hura-hurakah? Atau mau mengisi hidup
ini dengan sesuatu yang bermanfaat bagi yang lain,” ucapnya berfilosof. Ketika seseorang
sudah bisa menetapkan arah hidupnya mau dibawa kemana, tinggal orang itu
mencari kunci-kunci kesuksesannya, seperti ilmu dan lain sebagainya.
Menjaga Masjid. Adapun kunci
kesuksesan Elang sendiri berawal dari perubahan gaya hidupnya saat kuliah
semester lima. Pada siang hari, Elang bak singa padang pasir. Selain kuliah, ia
juga menjalankan bisnis mencari peluang-peluang bisnis baru, negosiasi, melobi,
dan sebagainya. Namun ketika malam tiba, ia harus menjadi pelayan Tuhan, dengan
menjadi penjaga Masjid. “Setiap malam dari semester lima sampai sekarang saya
tinggal di Masjid yang
berada dekat terminal Bogor. Dari mulai membersihkan Masjid, sampai mengunci, dan membukakan pintu pagar untuk orang-orang yang akan shalat
Shubuh, semua saya lakukan,” ujarnya merendah.
berada dekat terminal Bogor. Dari mulai membersihkan Masjid, sampai mengunci, dan membukakan pintu pagar untuk orang-orang yang akan shalat
Shubuh, semua saya lakukan,” ujarnya merendah.
Elang mengaku ketika menjadi
penjaga Masjid ia mendapat kekuatan pemikiran yang luar biasa. Bagi Elang,
Masjid selain sebagai sarana ibadah, juga tempat yang sangat mustajab untuk
merenung dan memasang strategi. “Dalam halaman masjid itu juga ada pohon pisang
dan di sampingnya gundukan tanah. Saya anggap itu adalah kuburan saya. Ketika saya
punya masalah saya merenung kembali dan kata Nabi, orang yang paling cerdas
adalah orang yang mengingat mati,” ujarnya.
Ikut Lomba Wirausaha Muda Mandiri
Karena Tukang Koran “Ghaib” Elang semakin dikenal khalayak luas ketika berhasil
menjadi juara pertama di ajang lomba wirausaha muda mandiri yang diadakan oleh
sebuah bank belum lama ini. Keikutsertaan Elang dalam lomba tersebut sebenarnya
berkat informasi dari koran yang ia dapatkan lewat tukang koran “ghaib”. Kenapa
“ghaib”?, sebab setelah memberi koran, tukang koran itu tidak pernah kembali
lagi padahal sebelumnya ia berjanji untuk kembali lagi.
Peristiwa aneh itu terjadi
saat ia sedang mencuci mobil di depan rumahnya. Tiba-tiba saja ada tukang koran
yang menawarkan koran. Karena sudah langganan koran, Elang pun menolak tawaran
tukang koran itu dengan mengatakan kalau ia sudah berlangganan koran. Tapi
anehnya musti sudah mengatakan demikian, si tukang koran itu tetap memaksa
untuk membelinya, karena elang tidak mau akhirnya si tukang koran itu
memberikan dengan cuma-cuma kepada elang dan berjanji akan kembali lagi
keesokan harinya. Karena diberi secara cuma-cuma, akhirnya Elang pun mau
menerimanya.
Setelah selesai mencuci mobil,
Elang langsung menyambar koran pemberian tukang koran tadi. Setelah membaca
beberapa lembar, Elang menemukan satu pengumuman lomba wirausaha muda mandiri.
Merasa sebagai anak muda, ia tertantang untuk mengikuti lomba tersebut. Elang
pun membawa misi bahwa wirausaha bukan teori melainkan ilmu aplikatif. Saat
lolos penjaringan dan dikumpulkan di Hotel Nikko Jakarta, Elang bertemu dengan
seorang Bapak yang anaknya sedang sakit keras di pinggir jalan bundaran Hotel
Indonesia. Elang merasa ada dua dunia yang sangat kontras, di satu sisi ada
orang tinggal di hotel mewah dan makan di restoran, tapi di sisi lain ada orang
yang tinggal di jalanan. Akhirnya, pada malam penganugerahan, tim juri
memutuskan Elanglah yang menjadi juaranya. Padahal kalau diukur secara omset, pendapatannya
berbeda jauh dengan para pengusaha lainnya.
Dari Juara I Wirausaha itu,
Elang membawa hadiah sebesar Rp 20 juta, ditambah tawaran kuliah S2 di
Universitas Indonesia. Melalui lomba itu, terbukalah jalan cerah bagi Elang
untuk menapaki dunia wirausaha yang lebih luas.
Perjalanan Elang dalam
merintis bisnis properti, tidak selamanya berjalan mulus. Pada awal-awal merintis
bisnis ini, ia banyak sekali mengalami hambatan, terutama ketika akan meminjam
modal dari Bank. Sebagai mahasiswa biasa, tentunya perbankan merasa enggan
untuk memberikan modal. Padahal, prospek bisnis properti sangat jelas karena
setiap orang pasti membutuhkan rumah. “Beginilah jadi nasib orang muda, susah
orang percaya. Apalagi perbankan. Orang bank bilang lebih baik memberikan ke
tukang gorengan daripada ke mahasiswa,” ungkapnya.
Meski sering ditolak bank pada
awal-awal usahanya, Elang tidak pernah patah semangat untuk berbisnis. Baginya,
kalau bank tidak mau memberi pinjaman, masih banyak orang yang percaya dengan
anak muda yang mau memberi pinjaman. Terbukti dengan hasil jerih payahnya
selama ini sehingga bisa berjalan.
Ada banyak impian yang ingin
diraih Elang, di antaranya membentuk organisasi Maestro Muda Indonesia dan
membawahi perusahaan yang mempekerjakan karyawan 100 ribu orang. Motivasi
terbesar Elang dalam meraih impian tersebut adalah ingin menjadi tauladan bagi
generasi muda, membantu masyarakat sekitar, dan meraih kemuliaan dunia serta
akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
v http://duakutub.com/cerita-sukses-elang-gumilang-pengusaha-property-muda/
v http://mansaba.sch.id/web_saba/kisah-sukses/250-kisah-elang-gumilang.html
v http://wirausaha.ipb.ac.id/profil-usaha-13-elang-gumilang.html
v http://www.indonesiaberprestasi.web.id/kisah-motivasi/penjual-donat-keliling-jadi-ceo/
v http://biografi-orang-sukses-dunia.blogspot.com/2013/11/biografi-elang-gumilang-kontraktor.html
v http://kampus-pengusaha.com/tag/pengusaha-muda-sukses-elang-gumilang/
v http://www.elanggroup.co.id/message-from-chairman/
v rhenald Kasal, Wirausaha Muda Mandiri, Cetaka Pertama Januari 2010, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010, hlm 316:
v http://pestawirausaha.com/elang-gumilang/
http://sutarmo.web.id/2012/02/09/elang-gumilang-mahasiswa-beraset-milyaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar